Dayang Sumbi keluar dan rumah dengan suluh ditangan
1. DAYANG SUMBI: Rasa-rasa dalam mimpi
-
-
-
- bahwa di malam ini
sedang diciptakan telaga
beserta perahunya,
dimana aku akan berlayaran
sebagai istri dan anakku sendiri
Rasa-rasa dalam mimpi
bahwa tadi
aku dipinang anakku
dan nanti
akan menjadi ibu dari cucuku sendiri
Ah, satu diantara dua :
aku atau anakku,
itulah yang sebenarnya bermimpi
di malam ini
Dan karena kini
asal tadi dan bakal nanti,
maka siapa yang bermimpi malam ini,
itulah yang besok pagi kesiangan,
itulah pemimpi sepanjang jaman
-
-
2. DAYANG SUMBI: Bagaimana ?
-
-
- Apa yang nampak di mata ?
-
4. DAYANG SUMBI: Bagaimana ?
5. BUJANG : Bumi gemuruh
-
- pohon-pohon pada tumbang
batu-batu bergulingan
membendung air,
Dilanda air
Dan siapa yang mengerjakan
haiam tidak kelihatan
Tapi yang tidak bisa dipungkin lagi
telaga luas akan segera terbukti
7. BUJANG : Itupun hampir selesai
8. DAYANG SUMBI: Kalau begitu,
-
-
-
- kita tidak boteh lalai
Mang Aida Lepa dan kawan-kawannya, mesti segera diminta datang
-
-
-
- bibi bangunkan semua
10. DAYANG SUMBI: Riuh gemuruh dikejauhan,
-
-
-
- alamat telaga sedang dibangun.
Riuh gemuruh di dalam dadaku,
karena hati naik turun
Ah, hatiku !
hati manusia yang tahu tiada upaya,
tapi juga hati seoiang ibu
yang diancam bahaya
Sebagai manusia,
Ya. Dewata
Hatiku turun ke bawah telapak
kaki-Mu,
hidmat menyembah kebesaran-Mu,
menyerah
mengalah kepada kehendak-Mu
yang benar selalu
Tapi sebagai ibu,
ya, anakku !
Hatiku naik ke atas puncak citamu,
keras menolak keingmanmu,
bertindak
berontak menentang kebenaranmu
yang tiada benar bagiku
-
-
11. ARDA LEPA : Ada apa, Nyai ?
-
-
- kami dipanggil di malam sepi ?
-
-
-
-
- bukan malam sepi.
Malam ini malam yang seram
malam yang berat mengancam
Anakku Sang Kuriang
mulai tadi siang
menyatakan pendapatnya
yang tidak disangka-sangka
Dia tidak mau percaya
bahwa mi bukan ibunya
-
-
-
-
- sependapat dengan Sang Kunang,
apa yang hendak kite katakan, kawan?
Kita semua tidak menyaksikan
kapan Sang Kunang dilahirkan,
bukan?
-
-
-
- Tak pernah kita mengetahui.
-
-
-
-
- sependapat dengan Sang Kuriang,
itu terserah kepada mereka
Tapi bagiku aku adalah ibunya.
Kalau aku bukan ibu Sang Kuriang
aku tidak akan menolak dia meminang.
Dan mamang sekarang
tidak akan diminta datang
Apakah mamang setuju
anak mengawini ibu ?
-
-
-
-
- Yey, itu tidak lucu !
-
-
-
- Lebih haram dan jinah !
Lebih hewan dari hewan !
-
-
-
- kalau betul Sang Kuriang meminang
Sang Kunang mesti kami buang !
Kalau tidak,
kami semua ikut berjinah
Kami menjadi hewan.
-
-
-
-
- Dengar dulu!
Sebagai ibu yang kasih sayang teRhadap
anak, pinangan anakku tidak terangterangan
ditolak,
Aku berjanji mau kawin dengan dia,
asal besok ban sedia perahu dan telaga,
Ternyata sekarang
Perahu dan telaga sudah hamper siap
Berarti Sang Kuriang
akan dapat memenuhi permintaan ku.
-
-
-
-
- supaya tidak jadi kawin ?
supaya peiahu dan telaga
besok tidak bukti ?
-
-
-
-
- Karena itu ku menginginkan
supaya kalian membakar hutan,
biar apinya bersinar-sinar;
menyerupai sinar fajar,
biar anakku Sang Kuriang
Melihat siang akan mendatang !
biar maksudnya diurungkan,
lantaran merasa kesiangan
-
-
-
-
- Sang Kunang diajak bermam ?
Itu lucu !
-
-
-
- Sang Kuriang lain dan yang lain
-
-
-
- tapi Sang Kuriang manusia
Dan kepada manusia aku tetap yakin:
ada Dewata dalam dirinya
Dan selama ada Dewata
di dalam din manusia
kewajiban kita
bukan menundukan membmasakan
tapi menyalakan api keDewataan
yang bersemayam di tubuh lawan
Semoga api pembakar hutan
menjadi api kedewataan
yang bersinar terang-benderang
dalam tubuh Sang Kunang !
-
-
-
- kita sekarang membakar hutan ?
-
-
-
- ada anak memang ibu
-
-
-
- semua manusia adalah satu
Orang lain masih kita juga.
Karena itu,
marilah kita ajak Sang Kuriang
bermain bersama kita
dengan api di tangan kita
Inilah panggilan kita
di dalam hidup bersama
-